Kamis, 12 Januari 2012

Sajak-Sajak Denny Mizhar

Memapah Kota Yang Dibangun Dari Harum Tubuh
:Untuk  Gadis Banyuwangi

Adinda, masihkah kau mengelilingi
danau rindu tempat Surati bersemayam.
Harum Surati menebar wewangian
pada malam ganjil aku mengenang wajahmu.
Mata yang ditumbuhi bunga-bunga kenanga
pada kota yang di bangun dari tubuhnya.
Maut yang lahir dari rasa sesal atas laku diri
dan cinta menjadi duka.

Adinda, kenapa kau tak lagi bisa
menggambar wajah dengan warna
wangi atas kematian Surati. Apakah kau
diam-diam membalaskan dendamnya.
Menenggelamkan Raden Banterang
Di danau tempatmu bersemayam.

:Saat kau mengenal laki-laki, kau singkap tabirnya
dengan kealpaan atas muasalnya.

Mengulang kisah mengulang rindu.
Membangun kembali kota harum dari kematian.
Berulang dari haru memburu masa lalu yang terlupa.
Harum menghilang dengan bangkai terbaca.

Dupa-dupa tak lagi menyala.
Rintik hujan mengakhirinya.

Air membasuh tubuh bersetubuh
dengan kembang kamboja.
Wangi kembali wangi kecipraknya
ketika rambutmu tak mampu terdekati.
Persinggahan pada kota yang dibangun
dari air yang harum pada kisahnya.

:Adinda, kemana memapah wangi kotamu
Jika matamu menutup rona-rona rindu.
Malang, 2011

Malang-Surabaya


Malang aku tinggalkan
saat subuh berkumandang
kabut pagi membelaiku
mengantarkan pada kepergian
dingin memelukku temani perjalanan

Laju kendaraan berebutan di depan.
aku mencari sela menghirup asap-asap knalpot
dadaku sesak berdesakan dengan waktu

Aku hirup aroma lumpur di tengah perjalanan
porong-lapindo. Ah, sampai kapan akan usai
derita di tanah yang bertanggul. kini jadi tontonan

Buruh-buruh pabrik berjejeran di jalan
lonceng hidup segera dibunyikan
cerobong-cerobong menghembuskan nafas

Surabaya, aku disambutnya dengan kemacetan
sebentar lagi, panas mengajak dansa denganku

Surabaya aku datang. mencari semangat pahlawan

Surabaya, 2011


Perjalanan


I
di lintasan waktuMu terlarut dalam tanya takdirMu.
memecahkan tubuh yang tumbuh dalam kota tua.
kerapuhan lahir dari masa lalu yang ditetaskan ingatan
pada jalan hitam membaca tanda-tanda.

keberlarian menjadi ingin.
sembunyi dari kenyataan
bahwa hidup adalah
keyakinan.

Malang, Januari 2011

II
di kota tua ini tereja garis nasib yang tak menemui takdirNya
sepi masih saja bertandang dengan gempita di setiap hirupan nafas.
jalan mana harus terlewati mananggalkan tubuh yang rapuh.
hiruk pikuk klakson kendaraan yang berebut celah menuju garis finis.
lampu berkerlipan ketika malam mengetuk pintu waktu
dan orang-orang sibuk mencari celana dalam di mall-mall 
yang dibangun dengan menumbangkan pohon-pohon
dan mengusir kunang-kunang. aku tersudut di pojok jalan
yang bersimpang. mengaduh gaduh pada tuan kota tua
dan tak ada jawabnya. sangsi aku pada diriku. 
pada Tuhan yang katanya bersemayam didekat urat leherku.
aku masih manyembut namaMu. walau kesangsian berkelindan
menyusuri pertanyaan-pertanyaan keraguanku.

Malang, Januari 2011

III
aku telah memilih jalan. tapi aku takut berjalan. jalan yang menikung tajam. tajamnya seperti mata pisau yang baru saja terasah. bila aku tak berjalan. aku mati dalam angka. bila aku berjalan kakiku akan luka, karena tikungan kian membuatku gelisah. apakah aku harus diam dalam angka yang tak berubah atau berjalan melewati luka. dilema dalam ketakutan. apakah Tuhan bersama bersama orang takut. seketika itu, cahaya berpendar-pendar menuntunku melewati luka. kakiku berdarah. aku menahan dengan keyakinan. aku akan merubah angka. angka akan terus bertambah. bertambah dalam gerak. terus bergerak. kakiku patah dalam angka.

Malang, Februari 2011

IV
aku kalah dengan gerak fikir yang berjalan menjumpaiku
hingga daya tahan akan keyakinan tergedor roboh seketika

masihkah ada hati yang bersijingkat memeluknya, aku harap.
hanya ia yang tertinggal ketika kerapuhan menjumpai, 
ketika Tuhan yang aku bunuh tak dapat mati.

keabadiannya ada selalu

aku hanyalah rangka tak berdaya
dan daya itu hanya Tuhan yang punya

Malang, Februari 2011

Senin, 02 Januari 2012

Kalaborasi Kunto Hartono dengan Antok Yunus Menyanyikan Lagu "Kugadaikan Cintaku" dari Gomblo.


Oleh: Denny Mizhar
Awalnya saya hendak istirahat dalam kamar pada pergantian tahun kali ini. tetapi kawan Vania memberi tawaran komunitas Muni Sore Malang dapat undangan main. Denggan beberapa pertimbangan, tawaran untuk main dibatalkan. Muni Sore Malang adalah komunitas cair yang terdiri kelompok musik, kelompok sastra yang sering berkumpul tiap minggu sore di ruang terbuka di kota Malang: alun-laun Kota, alun-alun bundar, hutan kota "malabar", dan stasiun kota. Karena tawaran main batal, maka kembali keniat awal istirahat di dalam kamar, tetapi tiba-tiba kawan Redy Eko Prasetya Leader dari kelompok musik Artmoschestra mengajak untuk mengahadiri undangan acara musik rock legend. Saya pun menghubungi Antok Yunus gitaris dari kelompok musik SWARA dan Ragil Sukriwul penyair yang bukunya hendak terbit dengan judul Avontur.
Kami berkumpul di Art Rock Cafe, salah satu tempat yang biasa kami gunakan untuk nongkrong. Art Rock cafe adalah tempat ngumpulnya musisi Malang, yang didirikan oleh Arif drumer. Pada suatu waktu ketika ada acara live musik dari kelompok musik indie, Arif perna mengutarakan pendapatnya tentang tempat yang dibuatnya adalah "menjembatani industri musik di Malang yang stagnan. Berharap dari dari berkumpul di art rock cafe akan ada album indie, membuat striming yang bisa di kirim keluar kota hingga kota lain dapat menikmati musik dari kota Malang dan art rock lebih pada pergerakan musik dengan cara kerja bareng untuk menghidupkan musik di kota Malang, Art Rock adalah lapak tempat berapresiasi di dunia musik, art rock juga milik bersama". Meski art rock tempatnya apresiasi musik, teman-teman sastra pernah membuat event di tempat tersebut. 
Tetapi tidak langsung berangkat, masih menunggu Redy yang belum datang. Kami: saya, Arif, Jemblung, Antok, Ragil berbincang mengobrolkan Kunto yang sudah sejak hari selasa mengebuk drum di balai kota. Dan kami pun berharap, yang dilakukan Kunto berhasil karena kurang sedikit lagi.
Saat itu hujan, Redy pun datang dan kami berangkat ke Swimingpool Permata Jingga salah satu perumahan Elit di Kota Malang. Setiba di sana, Wahyu Aves menghubungi Redy bahwa ia sedang di Kedai Sinau tetapi tutup. Kedai Sinau adalah salah satu toko buku dan warung kopi tempat biasa kami juga berkumpul untuk diskusi sastra. Oh, ya tak hanya sastra, sosial, budaya dan politik juga, bahkan di hari Minggu malam pukul 19.00 ada acara musikkan. Akhirnya Ragil yang menjemput Wahyu Aves. Di Swimingpoll kami bertemu musisi-musisi Rock Malang. Acara yang bertitel "Battel of Giants" a tribute to: Genesis & Dream Theater" meriah, meski hujan rintik-rintik masih saja menyapa Swimingpool Peramata Jingga.
Setelah menamatkan tahun 2011 di acara "Battel of Giants" a tribute to: Genesis & Dream Theater" di Swimingpoll Permata Jingga yang diselenggarakan oleh Komunitas Pecinta Kajoetangan dan Galeri Malang Bernyanyi. Kami (Antok Yunus, Denny Mizhar, Redy Eko Prasetyo, Ragil Sukriwul dan Wahyu Aves)  mencari warung kopi. Akhirnya kami ngopi di warung Pak Poor yang biasa digunakan nongkrong anak-anak komunitas OI Malang. Ada beberapa teman OI juga di warung Pak Poor, kami ngobrol tentang seputar dunia kesenian. Tak lama kemudian Ugik Arbanat pemain biola juga datang setelah menidurkan anak-anaknya. Hinggal pukul 03.00 WIB, akhirnya kami mengunjungi Kunto yang hendak memecahkan rekor dunia memukul drume 121 jam.
Kami, berbincang tentang semangat Kunto dan hal-hal yang terjadi mengenainya di terop sebelah panggung Kunto menggebuk drumnya. Tampak Kunto di panggung kelelahan, sesekali matanya hendak terpejam tetapi tak sampai berhenti, sempat beranjak dari kursi drumnya tetapi seketika itu kembali lagi.Wajah tegang di sekitar kami ada Pandu OI dan beberapa kawan OI juga di samping kami tampak wajahnya tegang, karena tinggal beberajam lagi rekor terpecahkan oleh Kunto. Kira-kira, tepat pukul 05.00 Antok Yunus berjalan mendekati panggung untuk mengisi main gitar. Kunto pun menyambut dengan senyum dan menyapa "lah iki" entah apa maksudnya, atau mungkin mereka sebelumnya telah mengenal. Gitar yang berwarna merah di pegang oleh Antok Yunus. Kebiasaannya hanya memainkan gitar, jarang sekali mau menyanyi, entah kenapa akhirnya Antok Yunus pun menyanyi lagu dari Gomblo yang berjudul "Kugadaikan Cintamu" (Kata banyak orang Antok Yunus mirip Gombloh). Saya pun mengabil kamera untuk merekam dan memotret, tiba-tiba kawan Ragil meminta kamera yang saya pegang. Ragil mengambilnya dari tempat lebih dekat dan saya pun ikut naik ke panggung.
Hawa segar kota Malang menjelang pagi, dan Kunto yang sedari pukul 03.00 pas kedatangan kami tampak kehilangan energi tiba-tiba tersenyum ceria dan bareng Antok Yunus menyanyi. Hingga beralih lagi ke gendre Reagge dengan lagu dari Mbah Surip yang berjudul "Tak Gendong" setelah itu dilanjutkan lagu-lagu dangdut atas permintaan Kunto. Pada akhir genjrengan Antok Yunus yang membawakan lagu Bongkar dari Iwan Fals, saya sempat membaca puisi dari W.S Rendra yang berjudul "Serenada Hijau".
Matahari hendak menyapa kota Malang, dan kira-kira pukul 06.00 pembawa acara mengabarkan bahwa Kunto telah memecahkan rekor dunia menurut hitungan Guinness World Records akan tetapi menurut hitungan manual masih harus sampai pukul 21.00. Kunto melanjutkan menggebuk drumnya dan kami melanjutkan jalan menuju ruang singgah kami masing-masing untuk istirahat karena semalaman tidak tidur. 
Esoknya, saya membaca berita bahwa Kunto kelelahan dan tak sampai pukul 21.00 untuk menggebuk drumnya. 


Malang, 1- 2 Januari 2012. 

Kembang Api

aku kehilangan puisi ketika kembang api berkali-kali meletus di udara menggambar kepalaku berwarna-warni. aku melihat tuhan sedang berpesta dengan nyala kembang api. nanang suryadi diam-diam mencuri puisi dari pesta kembang api. dari belakang yusri dan azis memecahkan teka-teki puisi yang tercecer dari percik kembang api. aku hendak lari. tuhan mendekapku dan berbisik padaku "kau gali kuburmu sendiri dengan puisi di kota ini, jika kau tak temui puisi kota ini"


Malang, Januari 2010