Jumat, 13 April 2012

Belajar Dari Cerita Pinokio: Sebuah Refleksi Nilai Kejujuran dalam Praktek Pendidikan

Oleh: Denny Misharudin

Sudah bukan menjadi rahasia, dunia pendidikan kita kerap sekali menanggalkan kejujuran dalam prosesnya. Hal tersebut tentunya mencoreng dunia pendidikan yang sejatinya menjadikan manusia lebih berkualitas dan bermoral atau dalam bahasa lainya dapat memanusiakan manusia. Apalagi bangsa kita ini bangsa yang menjujung tinggi nilai agama dan kebanyakan adalah penganut agama Islam tentu saja akan dipertanyakan kadar keislamannya bila ketidakjujuran merebak dimana-mana bila kenyataan terjadi pada institusi yang dikelola umat Islam. Sebagai umat Islam tentunya tentunya menanggung malu parktek perbuatan tersebut.
  
Pada dasarnya dunia pendidikan adalah kawah candra di muka dalam pengodokan manusia agar lebih menjadi beradab. Dunia pendidikan adalah tempat traformasi nilai, tempat menanamkan budaya, tempat belajar dan mengajar. Seharusnya dunia pendidikan mampu melahirkan orang-orang yang berkualitas dan berguna bagi bangsa juga menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas yang lahir dari nilai-nilai agama ataupun nilai-nilai sosial demi terciptanya peradapan yang mulia.

Tetapi pada kenyataanya dunia pendidikan belum mampu mengantarkannya. Dapat dilihat hasil lulusan dunia pendidikan lewat prilaku para pejabat di bangsa kita. Para pejabat bangsa kita semuanya pernah mengenyam dunia pendidikan tetapi prilaku korup serupa jamur dimusim hujan tumbuh subur di mana-mana. Prilaku tersebut mengebiri nilai kejujuran yang harus di junjung tinggi sebagai nilai karakter bangsa. Tak hanya pejabat negara, para guru atau mereka yang terjun dalam urusan pendidikan sejatinya menjadi tauladan juga mengajarkan ketidakjujuran, bahkan mempraktekkan nilai-nilai ketidakjujuran demi kepentingan pribadi. Misalnya korupsi dana pendidikan, pemalsuan sertifikat demi gaji yang tinggi, menilai hasil pembelajaran pada hasil akhir bukan pada prosesnya padahal hasil yang didapatkan tidak dengan cara yang halal.

Kalau kondisi terus dibiarkan tetap seperti ini maka karakter kujujuran yang akhir-akhir menjadi wacana serius dan harus dilaksanakan akan menjadi omong kosong belaka. Padahal karakter kejujuran adalah salah satu nilai yang harus dimiliki setiap manusia demi menjaga martabat diri sendiri ataupun bangsa demi menjaga nilai kemanusiaanya. Apalagi umat Islam harus mentauladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW salah satunya adala kejujuran.  Meminjam pendapat Prof. Dr. Notonegoro dalam pembagian nilai dimana nilai kejujuran adalah termasuk dalam nilai kerohanian, yang meliputi nilai kebenaran (rasio), nilai keindahan (estetika), nilai moral (etika) dan Nilai KeTuhanan (religius). Nilai kejujuran merupakan ajaran daripada nilai keTuhanan dimana orang tidak jujur disebut dalam islam sebagai munafik.

Belajar Dari Dongeng Pinokio

Pinokio sebuah dongeng yang pernah difilmkan memiliki pesan yang sangat penting direnungkan dalam mencermati dunia pendidikan kita berkaitan dengan kejujuran. Dongeng yang mengisahkan patung kayu yang benama Pinokio pada akhirnya menjadi manusia sungguhan. Perjalanan untuk jadi manusia tidaklah mudah, Pinokio harus selalu jujur jika tidak selain hidungnya akan memanjang juga keinginan menjadi manusia tidak akan berhasil. Dongeng yang ditulis oleh Carlo Collodi pada tahun 1883, sang boneka kayu dijanjikan oleh peri bahwa dirinya bisa menjadi manusia jika mendengar suara hatinya. Suara hati itulah yang dinamakan kejujuran.

Saya membayangkan seandainya kita semua adalah Pinokio, kita berkeinginan manjadi manusia tentu saja kita akan terus mendengar suara hati kita. Suara hati adalah suara kebajikan sebab di situ terletak bisikan –bisikan Tuhan. Selain itu ketika kita berbohong maka hidung kita akan memanjang. Maka dari kasus ketidakjujuran  yang kerap terjadi tentu banyak yang memiliki hidung panjang. Mengenai hidung panjang adalah sebuah pemisalan hukuman atas ketidakjujuran. Dengan begitu hukuman akan ketidakjujuran harus benar-benar dilakukan. Apabila seorang guru melihat murid tidak jujur maka teguran yang keras harus diberikan. Dan mencari cara agar murid tersebut jujur. Karena ada beberapa hal menurut saya ketidakjujuran kerap terjadi yakni pemaklukman, lemahnya tindakan hukum serta tauladan yang kurang.  

Guru sebagai tauladan harus meniru Gapento rela berkorban meski nyawanya harus dipertaruhkan. Rela melakukan apa saja agar anak didiknya menjadi baik. Misalnya mengajar anak didiknya sampai bisa, bukan malahan yang tidak bisa dan lambat dalam belajar ditinggalkan. Sehingga anak didik merasa tertinggal dan mengejar ketertinggalan dengan cara-cara tidak benar ketika ujian dilaksanakan misalnya dengan mencontek.


Relasi antara Gepetto, si tukang kayu yang menjadikan Pinokio hidup dan menjadi manusia perlu dijadikan pelajaran. Gapetto memiliki harapan bahwa Pinokio menjadi manusia seutuhnya. Hal tersebut dibuktikan dengan kerelaan mempertaruhkan nyawa demi mencari Pinokio dan mereka bertemu di dalam perut seokor ikan paus. Cinta dan pengorbanan Gapento akhirnya menjadi titik balik Pinokio menjadi manusia seutuhnya.

Seandainya guru-guru kita berprilaku serupa Gapento rela berkorban demi kebajikan dan tak memandang resiko apapun yang diterima maka dunia pendidikan kita akan dapat menghasilkan manusia yang terdidik dan menjadi manusia yang tinggi derajatnya. Selalu memberi tauladan tentang kejujuran pada anak didiknya, menanamkan rasa cinta kasih pada anak didiknya. Otomatis peran guru akan benar-benar terasa dampaknya pada anak didiknya.

Dengan begitu, praktek-praktek akademik dalam dunia pendidikan selalu akan mendahulukan kejujuran dari pada hasil baik tetapi didapat dengan cara tidak benar. Proses menjadikan peserta didik jujur adalah hal yang utama. Karena ketika kejujuran sudah menjadi karakter secara otomatis rasa percaya diri, semangat menjadi mandiri tanpa ketergantungan juga akan tertanam dengan baik. Dunia pendidikan akhirnya dapat melahirkan manusia-manusia yang unggul dalam intelektualitas dan anggun dalam moralitas. Maka gambaran saya seandainya kita semua pinokio saya tak mendapati hidung-hidung yang selalu memanjang. Selain itu juga kita telah menerapkan nilai agama yakni kejujuran dan kita tidak menjadi orang munafik suatu perbuatan yang dilarang dalam agama Islam.

*Guru SMK Muhammadiyah 2 Kota Malang