Rabu, 14 Juli 2010

Esai: Berawal dari Kesunyian Menuju Keramaian

Aku membaca gerak yang berawal dari kelahiran adam dan hawa mereka berada dalam ruang kesunyian—dekat dengan Tuhan – surga. Karena lena maka kemurkaan didapatnya. Menanggung akibatnya maka turunlah pada ruang kesunyian yang ke dua – dunia – mengenal benda-benda dengan petunjukNya. Entah itu yang disebut zaman purba atau tidak saya menganggapnya begitu: zaman purba. Prilaku anak-anak adam dalam perihal cinta yang diperebutkan, akhirnya mati satu di antaranya. Adam-hawa terus membuat keturunan-keturunan hingga saya. Entah keturunan yang ke berapa saya tak pernah menghitungnya.

Teryata kesunyian dapat melahirkan kesunyian kedua dalam rumus fisika atau matematika biasa disebut dengan aksen (a-->a’). Penahapan dan pertambahan. Saya berfikir demikian. Dalam sejarah agama islam. Muhammad juga menerima wahyu dalam kesunyian. Waktu itu menyembunyikan diri dari orang-orang yang mengejarnya hingga masuk dalam gua hiro’. Saya membayangkan gua itu sunyi bahkan konon katanya sarang laba-laba menutupinya membuat orang-orang yang mengejarnya tidak tahu bahwa Muhammad ada di dalamnya. Wahyu pertama diturunkankan dengan ayat yang memberi isyarat untuk membaca (belajar). Akhirnya Muhammad dinobatkan sebagai Nabi. Membawa risalah dari Tuhan untuk di sampaikan pada umatnya. Hingga sampai kita hari ini. Banyak yang sudah membuat pembacaan pada gerak penyampaian risalah-risalah Muhammad. Saya hanya menitik beratkan pada kondisi ruang sunyi proses terjadinya dialog Muhammad dengan Jibril.

Zaman bergerak pemahaman atas kenabian dan keTuhanan beragam. Semua berusaha mendekat pada Tuhan sebagai nilai-nilai untuk diejahwantahkan. Filsafat (mistisisme) metafisika membawa ke arah kesunyian lebih dalam. Maka lahirlah tokoh-tokoh sufi menelanjangi (memahami) diri bagaimana agar dekat dengan yang haq. Maka ruang sunyi adalah tempat perstubuhan manusia dengan Tuhan.

Saya pun membaca dan menafsir atas segala kesunyian orang-orang terdahulu. Yang merelakan diri bersepi-sepi (bertapa, bersemedi) untuk membaca kesadaran diri dengan Tuhan dan zaman. Teryata nilai-nilai keTuhanan mengisyaratkan kebajikan dan pembebasan untuk menuju manusia yang sempurna. Yakni manusia pembebas: memiliki visi kenabian (profetik).

Maka ruang sunyi memerlukan ruang ramai (segala aktivitas kehidupan manusia). Kenapa? Hal tersebut untuk menebarkan hikmah dari kontlempalsi atau bersemedi agar apa yang diperoleh dapat juga dinikmati manusia-manusia lainnya selain dirinya. Jika itu adalah tuilsan maka akan dapat dibaca dan direnungkan atau mungkin memberi inspirasi pada pembacanya.sehingga pembaca juga dapat bergerak.
Kesunyian adalah ruang privat bagi seseorang. Maka jika mengharap kesunyian bisa jadi harus menyendiri. Berjibaku dengan segala daya yang dipunyai. Atau mungkin ruang sunyi adalah ruang pengasingan bagi seseorang hingga dapat melahirkan renungan yang mengetarkan pembaca. Misalnya Mulla Sadra, dia mengasingkan diri untuk menemukan pemikiran-pemikiran filsafat islamnya tentang keirfanan yang cenderung eksistensialisme. Kalau di bangsa kita ada Pramoedya Ananta Toer dari balik jeruji dapat menghasilkan karya-karya yang spektakuler. Dan masih banyak lagi dari dalam ataupun luar negeri.

Maka sebenarnya ruang sunyi dapat diciptakan sendiri atau bisa jadi karena keadaan dan kondisi yang menghedaki lahirnya ruang sunyi.

Kalaupun melihat mereka yang menempah diri dalam kesunyian tetapi hasil dari renungan mereka tak bisa dipungkiri didapat dari melihat realitas sekitarnya atau melihat sejarah yang berjalan. Keaktivan dalam perjalanan sejarah juga menjadi penting. Keaktivan sejarah dapat dilakukan dengan membaca buku-buku, menapaktilasi benda-benda sejarah, tempat-tempat bersejarah, berdialektika dengan pelaku sejarah dan ikut juga nimbrung dalam pergolakan sejarah yang sedang terjadi atau proses pembuatan sejarah. Sejarah diri sendiri ataupun sejarah dinamika sosial, pemikiran, politik bangsa., dll Itulah ruang keramaian, hiruk pikuk para pejalan menapaki kehidupan. Maka segalanya tidak ada yang lahir dari ruang hampa.

Dalam gerak kesunyian menuju keramaian atau sebaliknya diperlukan kematangan diri dalam tempaan yang terus menerus hingga daya tak ada, jika berharap memiliki makna dalam hidup lebih berarti.


Malang, 2010

Tidak ada komentar: