Selasa, 27 Juli 2010

KOSONG

pada mulanya adalah hamparan tak bertuan
berpendar-pendar cahaya kemerah-merahan
menerangi segala kehampaan.

kekosongan berubah menjadi ke-ada-an.
ada yang menisbihkan kekosongan.
tetapi tetap saja

“kosong”
pikirnya.

sebab rumus matematika lekat padanya adalah pengurangan,
tak ada lain yang diambil dari rumus matematika hanyalah pengurangan.
seperti halnya ada dikurangi ada maka kosong jadinya.

ia mulai berjalan pada hamparan kekosongan hendak menghampiri cahaya yang berpendar-pendar di tengah padang yang ia bilang kosong.

herannya ia selalu bertanya tentang kekosongan.

"apakah kosong?"
tak pernah menemui jawab sebab yang ia tahu sebenarnya adalah kosong.

“ah, lagi-lagi kosong”

ungkapnya sambil membawa beberapa lembar kertas putih dan bolpoin yang pernah ia curi dari pejalan kaki ketika ia lewat mengambil minum di dekatnya.

saat mencuri kertas dan bolpoin ia berfikir juga kosong pada jejak yang melintas.
dengan sadar dan tanpa harus menguntit atau mengendap-endap biar tidak ketahuan pemiliknya. sembari melangkahkan kaki langsung ia mengambil dan melanjutkan jalannya.

dalam perjalanannya bertemu denganku.

“apa yang kau bawa”
tanyaku.

“aku tak membawa apa-apa”
jawabnya.

“aneh”
gumamku.

“apanya yang aneh”
herannya.

“kamu memegang sesuatu, tapi bilang tidak bawah apa-apa! itu aneh”
bantahku.

ia melihat dari kaki sampai ujung rambutnya.

“mana?”
tanyanya padaku.

“lihatlah lagi tubuhmu”
aku berbalik tanya.

“kosong”
jawabnya dengan tegas.

“apakah, kau ada dengan tiba-tiba?”
tanyaku lagi dengan nada kesal.

“iya”
jawabnya.

dengan tanpa beban langkahnya gontai tak bertujuan melewati haparan kehampaan dan cahaya berpendar-pendar.

aku terdiam dalam tanya kekosongan.

Malang, Juli 2010

Tidak ada komentar: